Sekolah merupakan salah satu tempat yang mengakomodasi kebutuhan anak untuk bertumbuh kembang dalam berbagai hal. Tahapan perkembangan murid sekolah dasar dapat berupa perkembangan dalam hal akademik maupun dalam kepribadian mereka. Perkembangan yang ada pada setiap anak ini tentunya berbeda, baik sehubungan kemampuan dan bakat mereka, maupun dalam hal waktu pencapaiannya karena setiap anak adalah unik dan spesial. Walaupun begitu, ada beberapa acuan umum tentang tahapan perkembangan anak yang biasanya diperhatikan setiap guru di sekolah dalam menerapkan pembelajaran.
Tahapan perkembangan anak juga biasa dikenal dengan istilah developmental milestone. Developmental milestone merupakan tahapan perkembangan anak berdasarkan umur mereka dan biasanya menjadi acuan bagi para guru dan orangtua untuk melihat kesiapan anak, misalnya dalam memutuskan bilamana seorang anak sudah siap memasuki sekolah dasar. Tahapan perkembangan anak merupakan salah satu hal yang melandasi kebijakkan penentuan jangkauan umur anak dalam menapaki jenjang pendidikan, contohnya menentukan anak usia SD adalah anak yang berusia lebih dari 6 tahun.
Developmental Milestone atau tahapan perkembangan anak meliputi berbagai bidang perkembangan anak, baik kemampuan berbahasa, sosial, emosional, matematika, sains, seni, dan sebagainya. Pemahaman tentang tahapan perkembangan anak tidak hanya diperlukan oleh guru, namun juga oleh orangtua. Orangtua yang memahami perkembangan anak akan lebih awas melihat kebutuhan anak, misalnya akan lebih cepat berkonsultasi ke ahlinya saat mendapati anaknya tidak bereaksi saat mendengar suara keras. Selain lebih awas, orangtua juga akan lebih tenang saat mendapati hal-hal lain yang masih belum dilakukan anaknya sementara anak lain sudah dapat melakukannya, misalnya saat anak belum bisa membedakan kiri dan kanan di usia 5 tahun yang memang ternyata umumnya dapat dilakukan pada saat mereka berumur 6-7 tahun.
Dengan mengetahui tahapan perkembangan anak, orangtua juga dapat memahami bahwa setiap anak mempunyai waktu yang berbeda untuk berkembang sehubungan dengan stimuli atau rangsangan yang mereka terima secara konsisten. Contohnya, ada anak yang sudah lancar membaca semenjak umur 4-5 tahun, dan ada anak yang baru mengenal huruf di usia 6 tahun. Sementara, jika merujuk pada tingkat kesiapan membaca, anak di usia 6 tahun umumnya diharapkan sudah dapat mengenal huruf beserta bunyinya, dan bahkan sudah bisa merangkainya menjadi 1 kata yang bermakna – dengan catatan bahwa anak tersebut sudah terbiasa diekspos dengan huruf, diajak membaca buku cerita bergambar setiap hari sedari umur 1-2 tahun, dan sebagainya. Bisa jadi, anak yang lebih cepat membaca memang terbiasa dipupuk minat membacanya sedari kecil, walaupun sekedar membaca huruf-huruf di restoran favorit mereka maupun huruf-huruf di dalam nama mereka.
Dengan mengetahui tahapan perkembangan anak, orangtua dapat mengobservasi dan memperhatikan pertumbuhan anak dengan lebih bermakna, selain juga dapat memberi rangsangan yang sesuai dengan umur mereka agar milestone mereka dapat tercapai. Mereka akan lebih mengerti saat anak memang belum siap untuk menulis jika mereka masih belum dapat membaca huruf dan mereka juga akan tahu saat yang tepat untuk memberikan stimuli atau membantu melatih kemampuan tersebut. Mereka juga akan paham kalau selain kemampuan membaca, kemampuan motorik kasar dan halus juga perlu diasah agar anak siap melatih kemampuan menulis mereka karena kemampuan motorik kasar berhubungan dengan tulang belakang yang lebih kuat saat dipakai duduk lama untuk menulis, sementara kemampuan motorik halus diperlukan untuk otot jari yang kuat dan fleksibel saat memegang alat tulis.
Selain itu, orangtua yang memahami tahap perkembangan anak akan dapat berkomunikasi dengan guru dengan lebih efektif dan efisien. Mereka akan lebih memahami maksud dan tujuan pembelajaran yang dirancang guru dan tahu juga bagaimana menerapkannya di rumah, atau menindaklanjuti dan menyesuaikan pembelajaran di sekolah saat diulang di rumah. Akan terjalin kerjasama yang baik dan harmonis antara orangtua dan guru, serta meminimalisir salah paham dan menghindari konflik yang tidak perlu.
Pada akhirnya, dengan memahami developmental milestones, orangtua dan guru akan menyadari bahwa ada banyak aspek perkembangan yang perlu diperhatikan dari seorang anak. Sebagai siswa SD, perkembangan anak tidak hanya terfokus pada bidang akademis saja. Orangtua dan guru akan mengetahui bahwa kesiapan dan pencapaian belajar anak tidak hanya dilihat dari pencapaian kemampuan anak dalam membaca, menulis, atau berhitung, namun juga dari kemampuan mereka dalam mengatur emosi, menunjukkan kepercayaan diri, berinteraksi secara sosial dengan teman seusia dan guru mereka, menyuarakan kebutuhan mereka, mengekspresikan pemikiran dan pendapat mereka, keberanian mengeluarkan ide yang berbeda, kemampuan berkreasi secara orisinil, dan masih banyak lagi. Dengan mengetahui dan memahami adanya tahapan perkembangan anak dalam berbagai aspek yang saling menunjang, guru dan orangtua dapat saling bahu-membahu membimbing anak meraih potensi mereka.